Senin, 02 November 2009

KENANGAN DI TENDA BUBUR AYAM

Pagi ini aku memutuskan untuk lari pagi sendiri, hal ini jarang sekali aku lakukan. Rasanya malas sekali bangun pagi untuk lari pagi, apalagi sendiri tidak ada teman. Aku teringat kepada sahabatku yang sering membangunkan aku dan memaksaku untuk berlari pagi. Dengan terpaksa aku bangun dan mengikuti keinginannya. Aku tidak biasa berolah raga baru saja aku berlari satu keliling, kepalaku sudah terasa pusing, keadan sekitarku terasa berputar dan semuanya menjadi gelap. Sahabatku itu sampai panik melihat tubuhku yang sudah lemas dan bibirku pucat, akhirnya kami terpaksa pulang. Sahabatku itu merasa tidak PD dengan berat badannya, padahal menurutku badannya tidak terlalu gemuk, mungkin hanya sedikit saja beratnya diturunkan. Pernah sutu hari di sekolah, kebetulan kami satu sekolahan hanya beda kelas, aku dipanggil oleh kepala sekolah, aku sangat kaget, aku kira aku melaukakan kesalahan, ternyata kepala sekolah menyuruhku menghubungi orang tua sahabatku itu karena dia pingsan. “dari kemarin aku gak makan apa-apa”, begitu kata sahabatku.
Di rumah aku mempunyai dua orang sahabat, badanku paling kecil diantara mereka, begitu pun dengan umurku. Kemana-mana kami selalu bersama. Pernah suatu hari kami berjanji “sebagai sahabat, kita tidak ada yang saling menyakiti, engga boleh jadian sama kecengan atau mantannya dari slah satu diantara kita”. Sebuah janji persahabatan. Sampai sekarang aku selalu tersenyum geli dengan janji yang pernah kita ucapkan dulu. Kami berteman dari Sekolah dasar. Wini dan Iin, begitu nama mereka.
Setelah lelah berlari aku diam sebentar dan meminum beberapa teguk air mineral yang sengaja ku bawa dari rumah, aku beristirahat sebentar untuk menghilangkan lelah setelah berlari. Karena masih sangat pagi dan sekarang hari libur jadi tidak terlalu banyak orang. Memang daerah sini selalu sepi, jadi menurutku tempat ini enak untuk dipakai lari pagi, tidak terlalu banyak orang dan tidak begitu banyak pedagang. Dulu kami sering lari pagi di sini, atau sore-sore untuk sekedar jalan-jalan.
Setelah badan mulai segar kembali dan lelah sudah mulai berkurang, aku memutuskan untuk pulang. Di perjalanan pulang aku melewati Sekolah Dasar, dulu aku bersama kedua shabatku bersekolah di sana tepat di seberang sekolah aku melihat sebuah tenda yang berjualan bubur ayam, sambil beristirahat aku mencoba makan di tenda itu.
“pagi neng, baru ke sini lagi, tumben sendiri”, kata penjual bubur ayam itu.
Dulu aku bersama kedua sahabatku sering makan bubur ayam di sini. Setiap minggu, kalau kita lari pagi, pasti menyempatkan bubur ayam di sini. Selain rasanya enak, penjualnya pun sangat ramah.
“Buburnya satu ya pak”, pintaku pada bapak penjual bubur ayam sambil memberikan senyuman.
“Kemana aja neng?sudah lama tidak ke sini…” kata penjual bubur sambil membuatkan bubur yang tadi aku pesan.
“ada aja pak, baru sekarang aja bisa ke sini” jawabku.
Sudah lama sekali aku tidak datang ke sini, terakhir aku makan di sini sekitar satu tahun yang lalu, Sambil menikmati bubur ayam, aku melihat ke seberang, ke sebuah gedung sekolah dasar tempat dulu aku bersekolah, banyak berubah sekarang, lapangan di sekolah itu semakin luas, tamannya pun sekarang di tumbuhi bermacam-macam bunga, dan ada pos satpam di pinggir gerbang.
“dari dulu rasa bubur ayamnya tidak berubah ya pak, tetep enak, tambah enak malah” kataku pada si penjual bubur.
“ah si neng bisa saja”, kata si penjual bubur sambil tersenyum.
Sambil menikmati bubur yang tadi ku pesan aku berbincang-bincang dengan si penjual bubur. Sambil mengenang masa-masa dulu ketika aku dan kedua sahabatku duduk di sini, makan bersama sambil bercanda.
“dua hari yang lalu neng iin makan di sini” kata si penjual bubur.
“Iin pak?” kataku mengulangi.
“iya…neng Iin” kata si penjual bubur lagi.
Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan iin an Wini, entah di mana mereka sekarang, nomber HP-nya pun aku tidak punya. Terakhir kami bertemu sekitar satu setengah tahun lalu.

“kalau Wini pak, sering makan di sini ga?” tanyaku.
“kalau Wini sih sudah lama sekali tidak pernah ke sini” jawab penjual bubur itu.
“padahal sudah lama sekali aku tidak bertemu mereka, aku rindu sewaktu sama mereka pak.” Kataku dengan nada sedih :(
“kenapa Iin tidak menghubungiku?” kataku dalam hati.
Aku jadi teringat, kenapa akhirnya kami berpisah. Karena keegoisan masing-masing akhirnya kami berpisah. Sempat kami bertemu dan bekumpul lagi, tetapi tidak sesering dulu. Lama-lama sekarang hubungan kami bertiga semakin jauh karena kesibukan masing-masing. Iin pun harus pindah ke luar kota, dia melanjutkan kuliah di sana dan tinggal bersama neneknya. Wini yang baru saja menikah juga sibuk dengan keluarganaya sekarang.
Memang cita-cita Wini untuk menikah muda, dia tidak berniat meneruskan pendidikannya ke perguruan tinggi. Dari tingkat SMP kelas satu, Wini sudah mempunyai pacar, sedangkan aku dan Iin belum mengerti yang namanya pacaran. Sewaktu acara pernikahan Wini, Iin menyempatkan pulang untuk datang ke resepsi pernikahan sahabatnya itu, terakhir kali kami bertemu di sana.
“akhirnya buburnya habis juga”, kataku.
“Si neng ini kalau makan pelan tapi pasti ya, pasti habis maksudnya, pasti nambah juga hahaha…” , kata si penjual bubur itu mengejekku.
“ah bapak ini…”, kataku sambil ikut tertawa
“makasih ya pak, aku pulang dulu”, pamitku. ^_^
“sering-sering ya neng ke sini”, pinta si penjual bubur ayam.
“pasti pak”, kataku. ^_^
“O iya pak, aku minta tolong ya kalau ada Iin ke sini lagi, bilang aku nyariin. Tapi itu juga kalau Iin ke sini lagi”, pintaku pada si penjual bubur.
“sip neng”, sambil mengacungkan jempol, “pasti pesannya bapak sampaikan”
“jangan lupa lho pak”, kataku sedikit mengancam.
“iya neng, tenang saja”, katanya lagi.
“ok..terimakasih ya pak”
Aku pulang dengan berjalan kaki, perut sudah kenyang sehabis makan semangkuk bubur ayam. Jam di HP ku menunjukan pukul setengah tujuh. Mungkin ibu di rumah sudah menyiapkan untuk sarapan.
“yah aku lupa, pasti ibu sudah menyiapkan sarapan. Padahal aku sudah makan bubur, sarapan lagi sajalah” pikirku.
Jarak dari sekolah dasarku dengan rumah tidak terlalu jauh, dapat di tempuh dengan berjalan kaki. Dulu sewaktu kami masih di sekolah dasar, kami selalu berangkat ke sekolah bersama-sama. Sampai- sampai jika salah satu di antara kami tidak ada, pasti tetangga selalu bertanya.
“ ko cuma berdua? Yang satu lagi ke mana?”
Sering sekali pertanyaan itu terlontar dari orang-orang, jika kami hanya jalan berdua. Aku rindu pertanyaan orang-orang itu.
“akhirnya sampai juga di rumah” pikirku senang.
“assalamualaikum”
Sambil membukakan pintu aku mnegucapkan salam, tetapi ternyata pintunya terkunci.
“di mana orang-orang?” pikirku.
Ku ucapkan salam lagi, tapi tidak ada jawaban dari dalam. Berulang kali ku pencet bel tetap tidak ada jawaban dari dalam.
“ibu ke mana sih?”, kataku dengan sangat kesal.
Kuhubungi telepon rumahku lewat HP ku, ternyata ibu ada di dapur, jadi sengaja pintunya dia kunci. Kemudian ibu datang dan membukakan pintu. Baru saja aku duduk bersantai untuk menghilangkan lelah setelah lari pagi, telephon rumahku berbunyi, kemudian aku mengangkat telephon itu.
“Ri, coba deh kamu keluar rumah”, kata suara di balik telephon.
“Siapa nih?”, jawabku.
“Riri, ini Wini”
“Ya ampun, Wini, kamu lagi di mana?”
“makannya kamu sekarang keluar”
“keluar ke mana?”
“yah keluar rumah Riri sayang”
“aku tutup telephonnya yah”
Kemudian aku melihat ke luar dari jendela, tidak ada siapa pun di luar. Akhirnya aku memutuskan untuk membuka pintu dan melihat keluar.
“Hai Riri!!!” ternyata itu Wini dan Iin.
“ya ampun kalian” kami saling berpelukan. Melepas kerinduan kami yang sudah lama tidak bertemu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar